Resensi Film The Hunger Games 2 (Catching Fire)

Selasa, 07 Januari 2014 0 komentar

Film ini merupakan kelanjutan dari film berjudul The Hunger Games yang dirilis pada tahun 2012. Cerita diambil dari novel kedua dengan judul yang sama karya pengarang kelahiran Amerika, Suzzane Collins yang dirilis pada tahun 2009. Masih dibintangi oleh pemeran yang sama yaitu Jennifer Lawrence sebagai Katniss Everdeen dan Josh Hutcherson sebagai Peeta Mellark. Film ini mampu meraih penghasilan di seluruh dunia sampai 6 Desember 2013 sebesar 673 juta dollar alias 7,4 triliun rupiah. Di Amerika pada bulan November menduduki peringkat pertama box office.

Setelah memenangkan pertandingan hunger games ke-74 maka Katniss dan Peeta mengikuti tour pemenang. Perjalanan tour ini dilakukan dari distrik 1 sampai distrik 12 dengan memberikan pidato yang sudah direncanakan oleh Presiden Snow (Donald Sutherland). Pada pidato pertamanya mereka berdua sempat membangkang dengan berpidato secara spontan tidak sesuai teks yang dipersiapkan namun dampaknya cukup membuat mereka tertekan.

Katniss sering mengalami mimpi buruk teringat dengan pembunuhan yang dilakukannya untuk menjadi seorang pemenang padahal hati nuraninya menolak itu semua. Terlebih lagi Presiden Snow mengancamnya atas keselamatan dirinya dan keluarganya serta kekasihnya, Gale. Presiden Snow menginginkan Katniss dan Peeta menjadi contoh model bagi semua distrik agar tunduk kepada negara Capitol yang dipimpinnya. Sekaligus ingin menunjukkan bahwa mereka berdua adalah pro dengan negara Capitol. Bahkan dia menginginkan kemesraan mereka berdua ditunjukkan kepada seluruh penduduk. Sehingga mau tidak mau mereka berakting sebagai pasangan kekasih dan bahkan melakukan pertunangan.

Rupa-rupanya kemenangan Katniss dan Peeta memberi inspirasi bagi penduduk setiap distrik untuk melakukan pemberontakan terhadap Capitol, suatu hal yang dikuatirkan oleh Presiden Snow. Untuk itu dia bekerja sama dengan Heavensbee (Philip Seymour Hoffman) yang merupakan pembuat permainan Hunger Games untuk membunuh Katniss dan Peeta melalui permainan game yang bernama Quarter Quell yang merupakan pertandingan Hunger Games ke-75. Quarter Quell merupakan pertandingan setiap 25 tahun sekali dimana pesertanya diambil dari pemenang-pemenang sebelumnya. Hal ini yang membuat mereka tersadar bahwa kemenangan yang diraih melalui Hunger Games ke-74 bukanlah berarti hidup akan enak dan aman serta nyaman. Melainkan penderitaan yang tidak ada akhirnya.

Haymitch (Woody Harrelson) kembali menjadi mentor yang membantu mereka berdua dalam mengatur strategi ditambah juga Cinna (Lenny Kravitz) yang membuat design pakaiannya. Sebenarnya yang terpilih menjadi peserta dari distrik 12 adalah Katniss dan Haymitch tetapi Peeta menggantikannya. Pertandingan dimulai dengan 12 pasang peserta dari 12 distrik dengan keahliannya masing-masing.

Katniss dan Peeta berkolaborasi dengan Finnick dan Mags juga Beetee dan Johanna melawan musuh-musuhnya. Namun diperparah dengan kondisi alam itu sendiri. Tidak ada air bersih sehingga mengalami dehidrasi. Serangan monyet liar yang buas. Munculnya kabut yang beracun dan bila kena kulit akan melepuh. Banjir bandang yang memporak-porandakan hutan.

Beetee mempunyai rencana yaitu memasang kawat di pohon yang sering terkena petir sampai ke pantai sehingga pada saat petir menyambar pohon maka semua orang yang berdiri ditanah akan terkena strom petir. Disaat itu tim kolaborasi mengamankan diri dengan naik pohon. Disepakati bahwa Katniss dan Johanna memasang kawat menuju pantai, sedangkan Peeta dan Finnick melindungi Beetee yang memasang kawat di pohon. Katniss sempat kuatir dan curiga jangan-jangan hal ini hanya tipu muslihat saja untuk saling membunuh. Sayangnya pada saat Katniss dan Johanna mengulur kawat menuju pantai tiba-tiba datang lawan yang memutus kawat tersebut. Dan yang tak diduga lagi ternyata Johanna menghianati dengan memukul dan melukai Katniss. Dengan luka-lukanya dia berusaha mencari Peeta dengan kembali ke tempat awal.

Sayangnya Peeta sudah tidak ada dan Beetee tidak terlihat, yang diketemukan hanya Finnick. Katniss siap-siap memanahnya karena menganggapnya sebagai pengkhianat. Finnick mengatakan bahwa ingatlah akan musuh yang sebenarnya. Katnisspun tersadar bahwa ucapan itu adalah kalimat yang sama yang diucapkan oleh Haymitch yang berarti Finnick adalah seorang kawan. Disaat yang sama petir sudah menandakan akan menyambar pohon. Dengan cepat Katniss memutuskan untuk menyambung kawat dengan anak panahnya dan membidiknya kearah angkasa yang merupakan kubah buatan. Akhirnya petirpun menyambar pohon dan melalui kawat mengalir listrik ke kubah buatan sehingga merusak dan meledakkan kubah sekaligus membuat sistim di Capitol rusak. Presiden Snow tidak bisa melihat tayangan tv karena sistim dan kamera-kamera tidak berfungsi.

Katniss terbangun dari pingsannya dan melihat Haymitch, Finnick dan Heavensbee sedang berunding. Katniss marah kepada Haymitch yang dikira pengkhianat. Haymitch berusaha menjelaskannya bahwa semua ini dilakukan demi Katniss yang merupakan seorang tetapi dia tetap emosi sehingga harus dibius untuk menenangkannya. Dan ternyata ada Gale juga disana yang menceritakan bahwa Katniss dianggap tewas dalam permainan Quarter Quell. Setelah itu terjadi pemberontakan pada distrik-distrik yang ada termasuk distrik 12 tempat asal Katniss. Distrik 12 telah dihancurkan oleh Capitol dan untungnya Gale, ibu dan adik Katniss bisa diselamatkan.

Film ini terlalu banyak ngobrolnya terutama di awal hingga pertengahan film sehingga sedikit membosankan. Emosi dan greget setiap karakter kurang dibangun dengan maksimal padahal potensi cerita untuk itu ada. Karakter dan latar belakang peserta Quarter Quell kurang dijelaskan secara lengkap. Adegan pemberontakan tidak ditampilkan banyak sehingga kurang mendukung keterkaitan pemberontakan dengan sosok Katniss yang menginspirasinya. Adegan action dan perkelahian hanya ditampilkan sedikit sekali bahkan terkesan dipersingkat karena penonton tidak tahu kematiannya. Keterlibatan Heavensbee sebagai tangan kanan Presiden Snow yang membenci Katniss namun tiba-tiba menjadi pendukung Katniss, tidak dijelaskan sehingga cukup membingungkan bagi yang belum membaca novelnya. Poster yang ada mirip dengan seri pertama seharusnya bisa dibuat gambar yang lain yang lebih menarik.

Kelebihan film ini dibanding dengan film pertamanya adalah tidak menggunakan pengambilan gambar dengan sistem hand carry camera sehingga gambar tidak bergoyang. Mata terasa nyaman dan enak menontonnya terlebih dengan durasi hampir 2,5 jam.

Jennifer Lawrence dan Josh Hutcherson bermain lebih baik dari seri pertamanya namun tidak dalam kategori istimewa. Yang mencuri perhatian justru peran Elizabeth Banks sebagai Effie dan Sam Claflin sebagai Finnick yang bermain cukup baik.

Kostum dan tata rias yang dipakai para pemainnya masih menarik dan bagus. Dengan sentuhan spesial efek membuatnya makin glamour dan indah. Spesial efeknya sendiri sebenarnya sudah pernah ditampilkan dalam film lain misalnya konsep kubah yang mirip dalam film Cabin in the Wood.

Film ini masih bersambung lagi sesuai bukunya yang memiliki tiga seri dan buku terakhirnya berjudul Mockingjay. Penulis menebak bahwa buku ketiganya yang merupakan final dari trilogy ini akan dipecah menjadi dua bagian seperti film Harry Potter dan Twilight. Faktor ekonomi untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya menjadi pendorong dibuatnya dua film lagi.

0 komentar:

Posting Komentar