Resensi Film Percy Jackson : Sea of Monster (3D)

Rabu, 08 Januari 2014 0 komentar


Cara mudah untuk mendapatkan banyak penonton adalah membuat sebuah film yang diadaptasi dari cerita novel. Penonton akan tertarik karena sudah mengenal cerita, tokoh dan konfliknya sehingga akan  mendatangi gedung bioskop untuk menyaksikannya. Hal yang sama juga terjadi pada film ini yang merupakan seri kedua dari serial pentalogi novel Percy Jackson and The Olympians karya Richard Russel Riordan Jr. dengan nama popularnya yaitu Rick Riordan. Seri pertama berjudul The Lighting Thief, seri kedua berjudul The Sea of Monsters, seri ketiga berjudulThe Titan’s Curse dan seri keempat berjudul The Battle of Labyrinth serta seri kelima berjudul The Last Olympian.

The Lighting Thief sudah difilmkan pada tahun 2010 dengan pemain yang sebagian masih sama dalam film kedua ini. Yang berbeda adalah pemeran Chiron yang sebelumnya adalah Pierce Brosnan digantikan oleh Anthony Head. Demikian juga sang sutradara yang sebelumnya adalah Chris Columbus digantikan oleh Thor Freudenthal.

Kisah dimulai tentang sejarah pelindung kamp yang berupa pembatas yang melindungi para manusia setengah dewa dari monster. Thalia kecil berkorban menyelamatkan ketiga temannya yaitu Luke, Annabeth dan Grover dari serangan raksasa Cyclops. Thalia berubah menjadi pohon yang melindungi kamp.

Beberapa tahun kemudian pohon tersebut di racun oleh Luke sehingga pelindungnya menjadi lemah sehingga monster banteng bisa masuk ke dalam kamp. Untunglah monster banteng tersebut dapat dihancurkan oleh Percy (Logan Lerman). Untuk mengobati pohon pelindung tersebut maka dicarilah kain bulu domba yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit dan bahkan bisa membangkitkan orang yang sudah mati.

Clarisse (Leven Rambin) merupakan pesaing Percy dalam segala hal ditunjuk untuk mencari kain bulu domba di segitiga Bermuda. Percy yang merasa sedikit kecewa akhirnya memutuskan untuk berangkat sendiri ditemani oleh Grover (Brandon T Jackson) dan Annabeth (Alexandra Daddario) serta Tyson (Douglas Smith) yang merupakan saudara tirinya hasil perkawinan Poisedon dengan Nymph.

Trio sopir taxi buta memberikan petunjuk angka-angka untuk menemukan lokasi segitiga Bermuda. Pada saat tiba ditengah kota, Grover diculik oleh kelompok Luke. Rupa-rupanya Luke sengaja menggiring Percy menuju segitiga Bermuda. Setibanya di lautan segitiga Bermuda maka kapal karet Percy disedot oleh monster laut. Didalam perut monster itu Percy bertemu dengan Clarisse dan kapalnya yang memiliki kru zombie. Merekapun bekerja sama untuk dapat keluar dari perut monster.

Akhirnya mereka menemukan sebuah pulau yang dihuni oleh Polyphemus yang merupakan raksasa cyclop. Disana mereka juga bertemu dengan Grover yang menyamar sebagai cyclop wanita tukang masak. Percy dkk berhasil mengambil kain bulu domba dari tangan Polyphemus. Sayangnya luke berhasil memperdaya mereka dan bahkan membunuh Tyson.

Rencana Luke terkuak, dia menginginkan kain bulu domba untuk membangkitkan Kronos yang tak lain adalah ayah Poseidon alias kakek Percy. Sifat jahat Kronos yang menghancurkan manusia dan para dewa itulah yang menyebabkan dia dibunuh oleh anak-anaknya sendiri. Kronos berhasil bangkit maka Percy dkk tak tinggal diam dan berhasil mengalahkannya. Tyson muncul kembali karena lukanya disembuhkan oleh air yang merupakan anak Poseidon (dewa air). Disaat yang tak terduga Annabeth dibunuh oleh monster kera dengan ekornya yang tajam. Untunglah kain bulu domba dapat membangkitkannya kembali.

Akhirnya kain bulu domba dibawa ke kamp manusia setengah dewa dan digunakan untuk menyembuhkan pohon pelindung. Pohon pelindung menjadi sembuh dan tak disangka Thalia juga ikut bangkit dan berbentuk orang dewasa.

Permainan para pemainnya biasa-biasa saja. Dari sisi alur cerita juga biasa-biasa saja mengalir secara datar. Tampilan 3 Dimensinya cukup lumayan walau cenderung agak gelap. Special efeknya biasa saja. Adegan perkelahian dan pertarungannya biasa saja.

Kelemahan dari film ini adalah monster laut yang ditampilkan hanya sebentar dan kurang greget serta tidak secara utuh diperlihatkan padahal judul yang dipakai adalah lautan monster. Tema sentralnya sendiri tidak tertuju pada lautan monster melainkan cenderung pada sosok kain bulu domba. Seharusnya judulnya diganti. Nikmati saja film ini sebagai hiburan dengan makan popcorn dan minuman ringan.


sumber : http://review-filmku.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar