Ikan pari air tawar sebagai komoditas ekspor

Jumat, 07 Maret 2014 0 komentar



DARI sekian banyak usaha di bidang perikanan,  beternak ikan hias termasuk yang cocok dikembangkan.  Bahkan, beberapa ikan hias asal Indonesia sangat diandalkan  sebagai komoditas ekspor. Cara beternak atau budidayanya  tak terlalu rumit, termasuk bisa di lahan terbatas seperti  bak kolam ukuran kecil maupun akuarium.

Menurut peternak ikan hias asal Jalan Pakuningratan, Yogya, Edi Wiharto, banyaknya permintaan ikan hias di masyarakat didukung berbagai alasan.  Satu di antaranya sebagai sarana hiburan yang diyakini ikut membantu meredam tingkat stres. Tak ketinggalan dapat sebagai pajangan untuk memperindah suasana rumah.

”Apalagi ketika ada ikan hias yang sedang tren di masyarakat, lalu sering dilombakan, tingkat penjualan ikan itu bisa semakin tinggi,” papar Edi, belum lama ini. Selain membudidayakan ikan hias, lelaki ramah ini juga berjualan ikan hias di kompleks Pasar Pingit, Yogya. Ikan yang banyak dibudidayakan, yakni jenis ikan siklid bernama Tropheus duboisi. Asalnya dari Afrika namun sudah lama dikembangbiakkan di Indonesia.

Tampilan fisiknya mirip ikan mujair, tapi bertebaran titik-titik putih apik di sekujur badannya. Harga eceran, anakan Tropheus duboisi dengan panjang badan dua sentimeter, rata-rata dijual Rp 15.000 / ekor. ”Cara menangkarkan Tropheus cukup mencampurkan pejantan dan betina dengan umur di atas satu tahun. Bisa ditempatkan di akuarium dengan perbandingan, satu jantan dengan enam betina. Setiap kelihatan anakan kecil-kecil tinggal dijaring dan dibesarkan di tempat terpisah. Untuk pakannya bisa cacing beku dipadu pelet,” jelas Edi.

Ikan Pari


Terpisah, The Tiong Bing, warga Jalan AM Sangaji, Yogya, membudidayakan ikan pari air tawar. Ikan asal Amerika Selatan ini ada beberapa jenis seperti Potamotrygon motoro (biasa disebut motoro), Potamotrygon poliodondan sakura. ”Yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia terutama jenis motoro. Harganya juga masih terjangkau dibanding jenis lainnya,” jelas Tiong Bing yang akrab disapa Koh Bing.

Cara membudidayakan motoro, sebut Koh Bing, cukup mencampurkan pejantan dan betina dalam bak kolam. Idealnya sudah berumur di atas dua tahun dengan perbandingan satu pejantan dengan tiga betina. Ciri jantan pada bagian bawah badan
ada seperti dua stik.

”Setiap betina motoro sekali beranak bisa tiga sampai delapan ekor. Semakin besar badannya, jumlah anakan biasa maksimal sampai delapan ekor,” ungkapnya. Ditambahkan, pakan ikan pari air tawar cukup udang yang masih hidup. Harga eceran masih anakan dengan diameter antara 10 sampai 12 cm, saat ini rata-rata Rp 750.000 /ekor.

Faktor keindahan serta tingkat kelangkaan cukup mempengaruhi harga. Saat masih anakan, motoro cocok ditempatkan di akuarium ukuran sedang. Bentuk, corak, warna, maupun tingkah lakunya cukup menawan dan unik.

”Meski harga ikan pari air tawar masih tinggi, saya optimis banyak penggemar ikan hias bersedia mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah untuk mengoleksiatau bahkan bisa mengembangbiakkannya,” tegas Koh Bing.
Artikel Terkait :

0 komentar:

Posting Komentar